| This is my English Blog | Indonesian Blog | Non-Serious Blog |
| Ini adalah Blog Inggris saya | Blog Indonesia | Blog Non-Serious |
View Blog using Dynamic View

Tuesday, May 17, 2011

Bisa fair gak yah kita?

Kecelakaan MA-60 Merpati di Kaimana memicu diskusi dan perdebatan mencapai titik ngawur beyond belief. Selama in saya males posting mengenai ini di social media demi menjaga akal sehat saya, namun, diem juga panas ngeliat yang lain meng-asbun!

Kebanyakan dari debat nya mutar-muter di "pesawat bikinan Cina", "gak ada sertifikasi FAA", dan "Ngapain kita pake pesawat bikinan Cina? Kan kita ada CN235?"

Hal yang menggelitik dikepala saya adalah tidak ada satupun yang koar-koar masalah fakta seputar kecelakaan itu sendiri. Bandara Kaimana memiliki 1 NDB dan tidak ada instrument approach procedures. Artinya, mau mendarat disana harus melakukan visual approach dimana jarak pandang harus 5 kilometer atau lebih. Dibawah itu, sorry, illegal!

Semua orang mencuap-cuap mengenai buruknya MA-60, dan semua tidak ada yang mau melihat bahwa pada saat kejadian, jarak pandang di Bandara Kaimana dilaporkan hanya 2 kilometer... YA!! DUA KILOMETER ! Mau coba mendarat pakai CN235 atau ATR atau pesawat lainnya dan jatuh... orang-orang masih mau nyalahin pesawatnya kah?

Saya denger-denger dari "koboi-koboi" dan pasukan pendukungnya, kalau mau mencoba masuk dengan kondisi cuaca dibawah VFR Minimum (5 kilometer jarak pandang tadi), mereka menggunakan GPS. GPS tentu saja bisa memberikan panduan setingkat VOR/DME approach, namun membutuhkan GPS yang sudah di-approve untuk digunakan dalam approach dan harus menggunakan approach procedure GPS yang sudah resmi (alias bukan bikinan sendiri, atau menggunakan waypoint untuk guidance only).

Jika sedang "bermain dengan takdir", anda berada di area yang tidak ada perlindungan terlepas dari berapa kali anda pernah melakukannya. Ketika melakukan GPS approach yang ilegal, bagaimana ketika anda go-around? Kalau melakukan approach runway 01 di Kaimana, ingat, ada bukit-bukit di sebelah utara bandara dan escape path anda adalah belok putar arah 180 derajat ke kiri diatas laut. Ini kedengarannya gampang tetapi jika anda melakukan beloknya secara visual, jangan kaget kalo anda kena spatial disorientation!

Jadi, bisa fair gak kita? Saya tidak suka MA-60, menurut saya itu pesawat yang siap jatuh kapan saja, namun dalam kasus kecelakaan ini, lebih baik kita tidak terpaku dalam sudut pandang subjektif kita dan melihat kejadiannya secara objektif! NGAPAIN COBA MENDARAT KALO KONDISI CUACANYA MENGAKIBATKAN ANDA MELAKUKAN APPROACH YANG ILEGAL?

Kapan yah bangsa kita bisa berhenti menyalahkan apa saja selain kita sendiri di saat dimana yang salah itu memang cuman kita sendiri? Bisa fair gak yah kita?

3 comments:

  1. Kalau memang kemungkinan crash tersebut karena pilot error. Berarti KNKT harus mengejar pihak airport traffic, kenapa pesawat tersebut masih nekat coba mendarat? Lalu pihak maskapai pesawat tersebut apakah sudah memberikan pelatihan guna menghindari situasi low visibilty seperti tersebut di atas? Terlepas dari rumor dan pro-kontra, semoga pihak KNKT segera dapat menguak misteri jatuhnya pesawat tersebut.

    ReplyDelete
  2. bukanya kaimana tuh ngak ada tower yang ada INFO(Cmiw)...boro boro Dapet metar kalau dari viewsight manusia dapetnya kira kira ngak dapet fakta sesungguhnya gitu jadi yaa :( ada kemungkinan pilot punya confident sendiri

    ReplyDelete
  3. maaf mas sanjay.. kok bisa tau KNKT gak liat fakta tentang jarak pandang?
    kalo ntar KNKT gak memasukkan fakta tersebut kedalam final reportnya, baru kita bisa bilang gitu..

    tulisan mengenai kenyataan yang terjadi di penerbangan naas ini bagus tapi ada sedikit yang saya harus quote "Hal yang menggelitik dikepala saya adalah tidak ada satupun yang koar-koar masalah fakta seputar kecelakaan itu sendiri." kalo ga ada yang koar-koar bukan berarti ga ada yang concern masalah ini mas..

    ReplyDelete